Cari Berita Disini

Minggu, 14 Juni 2009

7 cara menjadi guru yang profesional dalam bersikap
1. Anda sedang berada diruang guru untuk beristirahat atau sekedar berkumpul dengan rekan sejawat? Sedikit demi sedikit ubah kebiasaan untuk membicarakan hal dan topik diluar areal kita sebagai pendidik professional. Pertama kali anda mungkin akan dianggap aneh, namun sebagai guru jangan khawatir dianggap aneh jika yang kita maksudkan adalah demi perbaikan pola pikir dalam bersikap dan berkarier. Sekarang mana yang lebih penting, membicarakan gosip artis terbaru atau menganalisa pola pikir pemilih pemula dalam pemilu yang baru lalu yang nota bene adalah siswa-siswi kita? Tidak itu saja banyak topik yang jika kita renungkan, tidak layak didiskusikan oleh guru sebagai pendidik. Jika anda masih merasa sulit untuk melakukan hal diatas, caranya gampang, cukup cari bacaan yang bermanfaat, bacalah maka anda akan terhindar dari pembicaraan yang sia-sia di ruang guru.
2. Jika anda punya rekan baru, bimbinglah dan berikan support dan dukungan untuk maju dengan cara selalu berkomentar positip untuk hal-hal yang dilakukannya. Tempatkan diri anda pada dirinya, maka anda akan menjadi rekan kerja yang supportif dan mau mengerti.
3. Saat rapat, usahakan lah memberikan ide yang terbaik, masalahnya bukan pada diterima atau tidak, tapi sudahkah anda belajar meyakinkan orang lain bahwa ide andalah yang terbaik. Hal yang terbaik ketika meyakinkan rekan sekerja adalah dengan menggunakan data yang berupa hasil riset.
4. Jadilah guru yang berpikiran terbuka atas ide atau pendapat orang lain, menyadari kelemahan dan kekuatan diri kita sendiri, dijamin makin hari wawasan dan kualitas diri kita sebagai guru akan bertambah.
5. Ciptakan jaringan bagi diri sendiri yang membuat anda semakin hari berubah kearah guru yang lebih baik. Gunakan situs pertemanan seperti facebook untuk membuat jaringan pada pribadi-pribadi yang membuat anda bersemangat untuk maju. Jangan gunakan situs pertemanan untuk pelarian ketika anda mempunyai masalah dengan rekan sekerja di sekolah. Sambil berusaha sedikit demi sedikit menyelesaikan hal yang mungkin menjadi ganjalan , buktikan bahwa jika anda tidak mendapatkan support yang baik disekolah anda bisa mendapatkannya dengan bantuan teknologi.
6. Semua guru berbeda, seperti juga terhadap siswa, sebagai rekan kita semestinya menjadikan perbedaan itu sebagai anugrah. Dengan menyadari perbedaan, pikiran kita akan lebih cepat terbuka ketika menerima kritik, masukan dan ide dari rekan sekerja. Saat yang sama kita menjadi lebih jujur mengenai kelebihan dan tidak malu mengatakan kekurangan sebagai pribadi.
7. Jangan takut untuk dibicarakan oleh orang lain ‘dibelakang’. Terkadang sebagai guru, hanya karena takut dibicarakan orang lain dibelakang, guru menjadi malas untuk berinovasi dan melakukan sesuatu dengan cara yang kreatif dan beda. Padahal jika sebagai guru, kita yakin bahwa hal yang kita lakukan demi kebaikan siswa, untuk apa pusing mendengarkan pendapat orang lain. Mari mensucikan niat bahwa semua hal yang terbaik yang kita lakukan adalah demi mempersiapkan masa depan siswa, bukan demi karier, demi dipuji rekan, atasan dan orang tua siswa.
5 Cara Guru Belajar
Perubahan paradigma pendidikan yang cukup dramatis pada saat sekarang ini, mau tidak mau menuntut para guru untuk dapat menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan perubahan yang ada. Salah satu cara yang efektif agar dapat menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan perubahan yang ada yaitu melalui belajar secara terus menerus. Dengan demikian, tuntutan untuk belajar tidak hanya terjadi pada siswa yang dibelajarkannya, tetapi guru itu sendiri pun justru dituntut untuk senantiasa belajar tentang bagaimana mengajar yang baik. Banyak cara yang bisa dilakukan guru untuk belajar, diantaranya:
1.Guru belajar dari praktik pembelajaran yang dilakukannya
Cara belajar guru yang pertama ini dilakukan melalui usaha untuk senantiasa memonitor, menganalisis dan melakukan refleksi atas setiap praktik pembelajaran yang dilakukannya. Melalui cara seperti ini guru akan memperoleh sejumlah pengetahuan dan pemahaman baru (the best practice) tentang siswa, sekolah, kurikulum, dan berbagai strategi pembelajaran. Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu bentuk cara belajar guru semacam ini (Cochran-Smith and Lytle, 1993).
2.Guru belajar melalui interaksi dengan guru lain
Cara belajar guru yang kedua dapat dilakukan melalui interaksi dengan guru lain, baik secara formal maupun informal. Secara formal, misalnya melalui kegiatan mentoring (tutorial) yang dilakukan oleh guru senior yang berpengalaman terhadap guru baru (novice), berdasarkan penugasan secara resmi dari sekolah. Dalam hal ini, guru baru dapat menimba berbagai pengetahuan dan keterampilan dari mentornya (Feiman-Nemser and Parker, 1993). Sedangkan secara informal dapat dilakukan melalui kegiatan pembicaraan yang tidak resmi, misalnya pada saat berada di ruang guru, halaman sekolah dan tempat-tempat lainnya yang sifatnya tidak resmi. Bentuk lain belajar melalui interaksi dengan guru lain adalah melalui kegiatan MGMP/MGBK dan pertemuan profesional lainnya, dimana guru dapat saling belajar dan berbagi pengetahuan. Kegiatan supervisi pembelajaran, baik oleh guru senior, kepala sekolah maupun pengawas sekolah, termasuk ke dalam kategori cara belajar ini. Demikian juga, program lesson study merupakan salah satu bentuk cara belajar guru melalui interaksi dengan guru lain. Lesson Study merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh sekelompok guru. Tujuan utama Lesson Study yaitu untuk : (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang bermanfaat bagi para guru lainnya dalam melaksanakan pembelajaran; (3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya. Manfaat yang yang dapat diambil Lesson Study, diantaranya: (1) guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya, (2) guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota lainnya, dan (3) guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study.
3.Guru belajar melalui ahli/konsultan
Cara yang ketiga, guru dapat belajar melalui ahli/konsultan. Dalam kegiatan ini, sekolah menyediakan seorang atau beberapa orang ahli/konsultan khusus dari luar untuk membelajarkan para guru di sekolah. Secara berkala, ahli/konsultan tersebut dihadirkan di sekolah untuk membelajarkan guru, misalnya dalam bentuk workshop atau layanan konsultasi. Melalui cara ini, para guru akan memperoleh pemahaman tentang berbagai inovasi pendidikan sekaligus memperoleh bimbingan dalam penerapannya. Dalam konteks ini, pengawas sekolah (educational supervisor) seyogyanya dapat diposisikan sebagai tenaga konsultan yang dibutuhkan untuk kepentingan peningkatan kemampuan guru.
4.Guru belajar melalui pendidikan lanjutan dan pendalaman
Asumsi yang mendasari cara yang keempat ini, bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang diperoleh seseorang, semakin lebih baik pula tingkat kemampuan yang dimilikinya. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan kemampuan guru, seyogyanya guru didorong untuk dapat melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi atau mengikuti pendidikan pendalaman akademik. Pendidikan lanjutan artinya guru melanjutkan studi sesuai dengan bidangnya, misalkan seorang guru Bimbingan dan Konseling yang sudah memiliki tingkat pendidikan S1, kemudian dia melanjutkan lagi studinya ke S2 Program Magister Bimbingan dan Konseling, dan seterusnya. Sedangkan pendidikan pendalaman, bisa dilakukan melalui kursus-kursus dan pendidikan alternatif yang relevan. Misalnya, guru Ekonomi yang berlatarbelakang S1 Pendidikan Ekonomi, untuk pendalaman bidang akademiknya dia bisa mengikuti pendidikan S1 alternatif di Fakultas Ekonomi.
Di samping memperoleh kemampuan yang lebih baik, kegiatan pendidikan lanjutan berkolerasi pula dengan tingkat penghasilannya (Renyi, 1996). Di Amerika, kegiatan pendidikan pendalaman banyak dilakukan pada musim summer atau setelah selesai jam sekolah. Demikian pula, di negara-negara tertentu, guru-guru banyak mengikuti program in service trainning dengan dititipkan (pencangkokan) di Perguruan Tinggi untuk beberapa lama.
5.Guru belajar melalui cara yang terpisah dari tugas profesionalnya.
Cara yang kelima ini, guru belajar tentang hal-hal yang sebenarnya tidak berhubungan langsung dengan tugas-tugas profesionalnya, seperti pengembangan kemampuan intelektual dan moral terkait perannya sebagai orang tua, mengikuti pelatihan sebagai pengurus organisasi di masyarakat, pelatihan kepemimpinan dalam bisnis dan sebagainya. “They learn about nondidactic forms of instruction…”, demikian dikemukan oleh Lucido (1988). Meski tidak berhubungan langsung dengan tugas profesionalnya, beberapa hasil-hasil pelatihan tersebut dapat ditransfer untuk kepentingan penguatan kemampuannya sebagai guru.
PROFIL FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

SEJARAH
Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) dahulu bernama Fakulteit Pedagogik, Universitas Gadjah Mada (UGM). Dibuka tanggal 23 Januari 1951 yang masih serumpun dengan Fakultas Sastra dan Filsafat bernama Fakultas Sastra, Pedagogik dan Filsafat (SPF).
Pada Tanggal 19 September 1955 Fakultas SPF dikembangkan menjadi tiga fakultas yang masing--masing berdiri sendiri, yaitu :
1. Fakultas Ilmu Pendidikan;
2. Fakultas Sastra dan Kebudayaan; dan
3. Fakultas Umum dan Filsafat.
Tanggal 19 September tersebut itulah yang dijadikan Tanggal Dies Natalis FIP Universitas Negeri Yogyakarta.

Pada bulan Januari 1962 FIP UGM direorganisasi menjadi tiga fakultas, yakni: Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Pendidikan Jasmani, dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).

Atas dasar Keppres No. 1 tahun 1963, Keputusan Bersama Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) dan Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan (PPK) No. 32 dan 34 tahun 1964, dan Keputusan Menteri PTIP No. 36 Tahun 1964 diputuskan bahwa Institut Pendidikan Guru (IPG) di Yogyakarta dan Solo, FIP dan FKIP UGM disatukan dalam satu wadah dengan nama IKIP YOGYAKARTA. Pendirian IKIP YOGYAKARTA ini diresmikan oleh Menteri PTIP pada tanggal 21 Mei 1964.

Seiring dengan penghapusan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) dan Sekolah Guru Olahraga (SGO), mulai tahun Akademik 1990/1991, FIP mendapat tugas dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud untuk menyelenggarakan Program D-II Pendidikan Guru Sekolah Dasar (D-II PGSD). Selanjutnya pada Tahun 1996/1997 IKIP YOGYAKARTA juga membuka Program D-II Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak (D-II PGTK). IKIP YOGYAKARTA telah mengalami perkembangan yang cepat sehingga memiliki kemampuan berlebih (excess capacity) dan untuk itu menjadi salah satu Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang pertama kali menerima perluasan mandat (wider mandate) untuk menyelenggarakan program non-kependidikan, selain tugas utama tetap mendidik tenaga kependidikan. Perluasan mandat tersebut secara resmi diterima pada tanggal 4 Agustus 1999, dengan perubahan kelembagaan dari IKIP menjadi Universitas yang bernama UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA dan FIP menjadi salah satu fakultas dengan nama tetap yakni FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN.
1. Visi
Visi Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 adalah : Terwujudnya fakultas yang terkemuka dan terpercarya dalam menghasilkan ilmu pendidikan dan komunitas ahli pendidikan untuk pencerahan kemanusiaan.
2. Misi
Untuk mewujudkan visi FIP UNY tersebut, para sivitas akademika bertekad untuk melaksanakan misi FIP sebagai berikut :
1. Merancang, melaksanakan, dan mengembangkan secara terintegrasi program-program tridharma perguruan tinggi : pendidikan, penelitian, dan pengembangan, serta penyediaan layanan keahlian pada masyarakat.
2. Menumbuhkan komitmen sivitas akademika yang kuat untuk mendukung terlaksananya program-progaram tridharma tersebut, dalam bentuk penyediaan dan pendayagunaan secara optimal unsur-unsur sumber daya manusia, pembiayaan, dan sarana-prasarana.
3. Melakukan manajemen kemahasiswaan yang sesuai dengan tuntutan pendidikan tinggi pada umumnya dan khususnya bidang kependidikan.
4. Melakukan secara terus-menerus penguatan kapasitas dan kinerja kelembagaan sesuai dengan perkembangan paradigma perguruan tinggi (RAISEL+L) serta peraturan perundangan yang berlaku, dengan mencari dan memanfaatkan berbagai kesempatanberbagai jaringan kerja sama (partnership) internal-eksternal, lokal-nasional-internasional.
5. Menyatukan praktik pendidikan dan permasalahannya dalam bingkai konfigurasi pendidikan yang dilandasi ilmu pendidikan.
TUJUAN
Visi dan misi FIP tersebut dijabarkan dalam bentuk tujuan-tujuan. Adapun tujuan FIP adalah sebagai berikut :
1. Mengupayakan ilmu pendidikan yang mendukung komitmen tentang pentingnya pencerahan kemanusiaan.
2. Meningkatkan iklim fakultas yang kondusif bagi penyelenggaraan pendidikan yang tertib, damai, dinamis, dan manusiawi.
3. Meningkatkan relevansi kurikulum yang menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan/keahlian tinggi dan kepribadian mulia.
4. Meningkatkan penyelenggaraan pendidikan yang terpadu dengan penelitian dan pengabdian masyarakat yang bermuatan nilai-nilai moral yang luhur.
5. Meningkatkan penelitian dan pengabdian pada masyarakat yang mendukung pengembangan ilmu pendidikan.
6. Meningkatkan kerja sama dengan lembaga-lembaga lain dalam meningkatkan kualitas Tri Dharma Perguruan Tinggi yang mendukung pengembangan teori dan praktik pendidikan, dalam bingkai ilmu pendidikan.
7. Meningkatkan kualitas para guru melalui pendidikan profesi/sertifikasi.
"Investasi Pendidikan"
Pendidikan adalah investasi masa depan, masa depan yang cerah yang memanusiakan-manusia Indonesia. Pendidikan ada karena memang pendidikan merupakan syarat mutlak suatu Bangsa untuk bisa bersaing dengan Negara lainnya. Investasi masa depan sebagai bekal untuk membentuk manusia Indonesia yang cerdas dan memiliki paradikma pembaharuan untuk Bangsanya.
Pendidikan adalah kunci pembuka gembok kebodohan, ketertinggalan dan keterasingan suatu Bangsa untuk dapat terangkat di dunia Internasional yang siap bersaing dengan kemajuan IPTEKS. Tanpa pendidikan suatu Bangsa akan mengalami kemerosotan dan akan tergilas oleh kemajuan zaman. Pendidikan mutlak bagi suatu bangsa, pendidikan bagaikan sebuah kompas penunjuk arah mata angin. Kompas pendidikan adalah kompas penunjuk arah dan tujuan pendidikan itu sendiri yaitu pendidikan yang memberikan manfaat dan faedah positif bagi Bangsanya.
Indonesia senagai Negara kepulauan yang memiliki keberagaman suku bangsa, agama, dan bahasa adalah suatu Bangsa yang memiliki peradaban yang dimulai dari titik awal kesamaan tekad dan cita-cita yang dipersatukan oleh Kebhinekaan Tunggal Ika yang menjadi dasar Negara.
Kesadaran suatu Bangsa akan arti pentingnya pendidikan bagi generasi penerus Bangsanya akan membawa Bangsa tersebut pada peradaban kemajuan zaman. Pendidikan yang dapat diakses oleh setiap lapisan masyarakat adalah pendidikan yang mengarah kepada terciptanya manusia-manusia yang memiliki intelektualitas dan nilai-nilai moral serta etika pendidikan yang tinggi pula. Kebodohan dan kemiskinan adalah dampak dari kemerosotan pendidikan yang tidak merakyat kepada rakyat. Mahalnya biaya pendidikan merupakan kendala utama masyarakat untuk dapat mengakses pendidikan.
Kebodohan dan kemiskinan adalah musuh besar yang harus segera diberantas keberadaannya di Negara ini. Sudah sekian abad lamanya Indonesia Bangkit, namun masih saja kita temukan mereka yang terluka dan menderita akibat kebodohan dan kemiskinan yang semakin hari semakin meningkat jumlahnya.
Sebuah dilema dibalik perjalanan panjang sejarah Indonesia yang mulai Bangkit dari keterpurukan dan kemerosotan diberbagai macam aspek kehidupan. Keterpurukan dan kemerosotan terjadi karena kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan. Semangat kebangkitan Nasional yang muncul dari jati diri Bangsa adalah kesadaran betapa pentingnya pendidikan untuk dapat mengangkat harkat dan martabat suatu bangsa agar dapat Bangkit kembali terlepas dari keterpurukan dan kemerosotan.
Pendidikan adalah gerbang menuju sebuah kota mutiara yang terpendam didalam jiwa dan raga Manusia. Pendidikan adalah mata rantai yang tak dapat dipisahkan dari kebutuhan manusia akan pentingnya sebuah pengetahuan. Sebuah mata rantai yang saling sambung-menyambung dari ujung-keujung hingga sampai pada suatu titik pertemuan yaitu titik awal pengetahuan yang mengandalkan pendidikan.
Manusia yang sadar akan pentingnya pendidikan adalah manusia yang siap bersaing dengan kemajuan zaman. Pendidikan adalah investasi masa depan, masa depan yang cerah, masa depan untuk Bangsanya.
Oleh: Gerson Anderson
Susunan Personalia
Pengurus Mahasiswa Ikatan Dinas Program S1-PGSD UPP 1
Asal Kabupaten Landak Kalimantan Barat
Periode 2009-2010
Universitas Negeri Yogyakarta

1. Ketua :
HIRONIMUS WIKO
2. Wakil Ketua :
GERSON ANDERSON
3. Sekretaris :
ZAKARIA OYOP
4. Bendahara :
MUNIR

Seksi-seksi

1. Sie.Humas :
SIMSON
HENDRIKUS HERMANTO
YA'ZULFADLI

2. Sie.Kesenian :
WIWIK
MARDEAN BATUAH
HERI WALSMANA

3. Sie Olahraga :
NOBERTUS AGON SAGA
BARGAYO

Kamis, 11 Juni 2009

Indonesia Vs Malaysia

Hubungan bilateral antara Indonesia dan Malaysia akhir-akhir ini mulai memburuk kembali akibat terjadinya kontraversi permasalahan di perairan Amabalat. Kasus perairan Ambalat yang diperebutkan oleh Indonesia dan Malaysia menjadi isu hangat yang mulai dibicarakan dikalangan dunia Internasional. Pasalnya, kepulauan Ambalat yang merupakan bagian dari Negara Indonesia diklaim oleh Nagara Malaysia sebagai bagian dari kepulauan Negaranya.

Dilihat dari garis batas perairan antara Indonesia-Malaysia, pulau yang berada di perairan Ambalat memang merupakan bagian dari kepulauan Indonesia. Entah apa yang menyebabkan sehingga Malaysia mengklaim bahwa pulau tersebut merupakan bagian dari Negaranya. Melihat kondisi yang dirasakan semakin memburuk, Negara Indonesia merasa terdesak dan berusaha mempertahankan kepulauan Nusantaranya yang dulunya dipertahankan dengan tumpah darah dan pengorbanan yang tidak sedikit pula.

Buruknya keadaan hubungan bilateral antara kedua Negara bertetangga ini, kini tinggal menunggu hasil kesepakan anatar kedua belah pihak. Kepala Negara RI Susilo Bambang Yudhoyono pernah mengatakan akan mengambil jalan perang apabila Malaysia benar-benar tidak mengindahkan seruan dan kesepakatan batas perairan antara Indonesia-Malaysia. Hal ini dapat saja dilakukan oleh Negara Indonesia dengan alasan Negara Malaysia mengancam stabilitas keamanan Nasional. Kapal-kapal patroli Malaysia dengan sengaja melanggar batas perairan yang ada. Padahal, Kapal Patroli dari TNI-AL Indonesia melakukan patroli disekitar perairan Ambalat, namun kapal patroli Malaysia dengan sengaja dan tidak mengindahkan batas perairan yang ada dan seolah-oleh menantang Negara Indonesia.

Menteri Pertahanan dan Keamanan Malaysia mengatakan tidak akan menyatakan perang terhadap Indonesia. Hal ini mungkin dikarenakan Malaysia merasa dipihak yang benar atau malah sebaliknya. Kasus yang memperburuk hubungan bilateral antara kedua Negara ini tidak hanya sebatas kontraversi kepulauan di perairan Ambalat namun, masih banyak kasus-kasus lainnya yang membuat betapa buruknya hubungan bilateral Indonesia-Malaysia. Kasus penganiayaan/penyiksaan terhadap TKI asal Indonesia yang bekerja di Malaysia merupakan salah satu kasus yang sering terjadi, belum lagi kasus yang sifatnya masih baru misalnya kasus Manohara yang sampai saat ini masih menjadi pembicaraan hangat.

Oleh sebab itu, diperlukan adanya perhatian khusus dari pemerintah mengenai pengelolaan kepulauan Indonesia, khususnya pulau-pulau yang tidak dihuni oleh masyarakat dan pulau-pulau yang berbatasan langsung dengan Negara-negara tetangga lainnya, agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali. Keseriusan Pemerintah dalam menangani kasus semacam ini pula perlu dipertegas lagi, agar negara tidak mengalami kerugian.

Pada dasarnya, memang pulau yang berada di perairan Ambalat tersebut terbagi dalam dua wilayah Negara. Sebalah utara seluas 187,23 km persegi masuk Negara Malaysia, sedangkan wilayah bagian selatannya seluas 246,61 km persegi milik Indonesia. Sangat disayangkan dilokasi perbatasan yang telah dipatok kini keadaannya sangat memprihatinkan, karena patok batas itu hampir tengelam ditimbun tanah dan tak terawat dengan baik.

Pelanggaran batas wilayah perairan yang dilakukan oleh kapal dan pesawat patroli Malaysia tercatat telah terjadi 14 kali sejak awal 2009. Hal ini membuat aparat TNI-AL semakin memperkuat/memperketat pengawasan di daerah perairan Ambalat. Selain dibatas perairan, TNI-AD juga giat melakukan patroli dan melakukan penambahan/mengirimkan pasukkannya di wilayah utara Kal-Tim, sebatik dan Nunukan terkait permasalahan Ambalat. Tidak hanya anggota TNI saja yang ambil bagian dalam pengamanan di daerah ini, akan tetapi kader simpatisan organisasi massa Patriot Nasional telah membuka posko pendaftaran Ganyang Malaysia di Kota Samarinda Kal-Tim, seperti yang dikatakan di Harian Kompas 10 Juni 2009. Mereka siap membantu TNI mempertahankan perairan Ambalat, sebagai hak daulat Indonesia meskipun lebih memilih diplomasi guna mengatasi klaim sepihak Malaysia.

Ketua Dewan Pengurus wilayah Patriot Nasional (Patron) Kal-Tim Andi Rani Andika, di Samarinda mengatakan "Kami sebagai warga Negara terpanggil untuk menjaga kedaulatan bangsa sehingga posko kami buka". Andi Rani mengatakan ada sekitar 9 posko yang telah dibuka di daerah Kal-Tim, salah satunya di Kelurahan Sungai Pinang Dalam, Kec.Samarinda Utara, dan hasilnya sekitar 7.500 orang telah mendaftarkan diri, ujarnya. Sebagai pendaftar, menurut Andi mereka dikirim dan dilatih di Tanggerang, Banten, dibawah pengawasan Patron Pusat.

Selain itu, Komando Daerah Militer (Kodam) VI/Tanjungpura saat ini pun menyiapkan 630 prajurit di Markas Batalyon Infanteri 611/Awang Long, Kutai Kartanegara, untuk menjaga perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan. Kodam Tanjungpura pun mendapat tambahan 115 prajurit dari Yonif 631/Antang, Kal-Teng. Mereka berlatih bersama prajurit Yonif 611/Awang Long sejak maret 2009.(Harian Kompas 10 Juni 2009)

Melihat kondisi Negara Indonesia yang seperti ini, maka kita sebagai warga Negara patutlah menumbuhkan semangat dan rasa Nasionalisme yang tinggi, agar kedaulatan Negara tetap utuh.

Malulah kiranya kita sebagai Rakyat Indonesia apabila bangsa ini di pecah-belah oleh bangsa lain dengan permasalahan yang terkait dengan kadaulatan Negara. Oleh sebab itu, semangat patriotik dan Nasionalisme perlu kita pupuk dan tumbuhkan, agar tercipta suasana yang aman dan sejahtera bagi Rakyat Indonesia.

Oleh: Gerson Anderson